Jumat, 14 Desember 2012

JURNAL EKONOMI KOPERASI 3 (2)

Review


Hubungan Tingkat Partisipasi Peternak dengan Keberlanjutan Usaha
Anggota Koperasi

*) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363, Sumedang

Oleh:
Lilis Nurlina

II. Hasil dan Pembahasan

1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) Pangalengan, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, KUD
Cipta Sari Ciparay dan KUD Sarwa Mukti Cisarua. Di antara keempat Koperasi Sapi
Perah, KPBS memiliki wilayah kerja terluas, meliputi 21 desa dari 3 kecamatan
(Pangalengan, Kertasari dan Pacet), sementara KPSBU wilayah kerjanya meliputi 16
desa yang terkonsentrasi di Kecamatan Lembang. KUD Cipta Sari wilayah kerjanya
meliputi 18 desa, yakni 13 desa di Kecamatan Ciparay dan 5 desa di Kecamatan Arjasari,
namun peternak sapi perah anggotanya berada di 3 desa, yaitu Desa Patrolsari, Desa
Arjasari dan Desa Pinggirsari. KUD Sarwa Mukti wilayah kerjanya meliputi 8 desa di
Kecamatan Cisarua dan 7 desa di Kecamatan Parongpong.
Keempat koperasi sampel memiliki temperatur harian antara 12-28º C yang cocok
untuk pengembangan usaha ternak sapi perah. Dilihat dari potensi ketersediaan hijauan,
wilayah selatan (KPBS dan KUD Cipta Sari) relatif lebih tersedia dibanding wilayah
utara (KPSBU dan KUD Sarwa Mukti). Hal ini disebabkan karena wilayah utara
mengalami alih fungsi lahan pertanian yang cukup tinggi. Hal ini berpengaruh pada
tingkat keberlangsungan usaha peternak sapi perah anggota koperasi terutama pada saat
musim kemarau. Dengan demikian, partisipasi anggota dalam memanfaatkan teknologi
pengawetan rumput/hijauan sangat diharapkan .

2. Tingkat Partisipasi Anggota
Partisipasi dalam organisasi ditandai oleh hubungan identitas yang dapat
diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh koperasi sesuai dengan kepentingan
dan kebutuhan anggota. Hal ini berarti bahwa jika kebutuhan anggotanya berubah maka
pelayanan pun harus terus menerus disesuaikan. Untuk mewujudkan penyesuaian yang
berkelanjutan dari pelayanan koperasi terhadap kebutuhan anggota, maka pengurus dan
manajer koperasi harus memiliki kemampuan dan motivasi untuk mempengaruhi dan
mengendalikan manajemen (Ropke, 2003).
Karakteritik koperasi yang membedakannya dengan organisasi ekonomi lain
adalah prinsip identitas ganda, yang mendudukkan anggota sebagai pemilik sekaligus
sebagai pelanggan. Dalam kedudukan sebagai pemilik, para anggota memberikan
kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan koperasinya dalam bentuk
kontribusi keuangan (penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan) dan melalui
usaha-usaha pribadinya dengan mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan
keputusan dan dalam pengawasan terhadap kehidupan koperasinya
.
3. Keberlanjutan Usaha Anggota
Organisasi yang bergerak dalam bidang agribisnis dan berperan sebagai motor
penggerak pembangunan pertanian, membutuhkan sistem dan usaha yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan, berkeadilan, serta terdesentralisasi (Slamet, 2003).
Demikian pula dengan koperasi sapi perah yang berorientasi pada kepentingan anggota
dan dihadapkan pada persaingan yang ketat dalam segi kualitas untuk merebut pasar IPS
Atas dasar pemikiran tersebut, pemberdayaan kepada peternak perlu mendasarkan pada
bagaimana peternak anggota koperasi dapat berinovasi, bekerja sama, berintegrasi, dan
berprestasi di dalam wadah kelompok dan koperasi, sehingga pada akhirnya memiliki
kompetensi baik secara teknis, ekonomis, maupun sosial, yang pada gilirannya dapat
mempertahankan keberlanjutan usaha anggota koperasi, sesuai konsep Chambers dan
Conway (1992).

4. Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota dengan Keberlanjutan Usaha Anggota
Koperasi
Berdasarkan analisis korelasi rank Spearman, menunjukkan bahwa nilai korelasi
antara tingkat partisipasi anggota dengan keberlanjutan anggota koperasi sebesar rs =
0,489 dan signifikan pada α = 0,01 dan jika diinterpretasikan ke dalam aturan Guilford
(Rachmat, 1998), maka termasuk kategori hubungan dua variabel yang cukup berarti. Hal
berarti bahwa semakin tinggi tinggi tingkat partisipasi peternak (anggota) maka semakin
tinggi pula tingkat keberlanjutan usaha anggota koperasi tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Ropke (1992) dikutip Salim (2004), bahwa
melalui dual identity ini maka keungulan dan kelemahan koperasi akan dapat diketahui
dan dianalisis serta dikembangkan lebih lanjut. Selanjutnya dinyatakan bahwa anggota
dapat memperoleh manfaat dari efisiensi yang diciptakan koperasi, yaitu melalui tindakan
bersama (joint venture), penghimpun kekuatan dana, keterampilan, dan yang menghasilan
sinergi atau skala ekonomis.
Dalam hal ini, koperasi merupakan lembaga yang dirancang untuk memberikan
pelayanan bagi anggotanya sekaligus sebagai pemiliknya, sehingga struktur atau bangun
koperasi dirancang untuk menciptakan keunggulan kompetitif di dalam memenuhi
kebutuhan anggota (Wirasasmita, 2002 dikutip, Salim, 2004). Tugas pokok atau tujuan
utama koperasi adalah mempromosikan ekonomi anggotanya melalui pemberian
pelayanan barang dan jasa yang menguntungkan.
Tujuan akhir dari organisasi koperasi dan penyuluhan pertanian adalah tercapainya
kesejahteraan petani (peternak) dan masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
kedua organisasi itu perlu menerapkan pendekatan pemberdayaan kepada anggotanya
(masyarakat tani ternak) dengan cara membantu petani peternak agar mampu
mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris,
yang pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan mereka dan hal-hal yang
bersifat praktis, baik dalam bentuk layanan individu maupun kelompok.

JURNAL EKONOMI KOPERASI 3 (1)



Review
Hubungan Tingkat Partisipasi Peternak dengan Keberlanjutan Usaha
Anggota Koperasi

*) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363, Sumedang

Oleh :
Lilis Nurlina

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bandung . Dan metode
yang digunakan adalah  survey verifikasi. Pengambilan sampel koperasi dilakukan secara
multistage cluster random sampling dan peternak responden secara simple random
sampling. sample terdiri dari  4 sample koperasi dan responden berjumlah 140 orang
peternak sapi perah anggota koperasi ditambah 15 orang informan kunci. Data dianalisis
dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
anggota Koperasi/KUD Sapi Perah sudah berperan dengan baik dalam partisipasinya
sebagai pelanggan, namun belum optimal dalam partisipasinya sebagai
pemilik .Anggota koperasi ini mampu mempertahankan
keberlanjutan usahanya. Tingkat partisipasi anggota berhubungan positif dengan
keberlanjutan usaha anggota Koperasi/KUD Sapi Perah. Keberlanjutan usaha anggota
menghadapi kendala dalam rendahnya sifat inovatif dari para anggota yang  belum optimalnya keadilan berusaha .
jika dilihat dari rasio harga susu dengan harga konsentrat terutama pada KUD Sapi Perah,
serta rendahnya skala pemilikan ternak (60 % berada pada skala kecil yang tidak efisien).
Kata Kunci : Partisipasi anggota, peternak sapi perah, koperasi, keberlanjutan usaha

I.                   PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan iklim usaha yang sangat kompetetif, para peternak perlu mempersiapkan diri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dari peternak tersebut . Sumber daya manusia khususnya masyarakat peternak menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan berternak sapi perah . Pengembangan sumber daya manusia akan tampak dari banyaknya manusia pembangun yang mempunyai kemampuan untuk mengendalikan masa depan yang mengandung implikasi.
Yang memiliki kemampuan,keadilan berusaha,keberdayaan/kekuasaan,ketahanaan atau kemandirian dan kesaling tergantungan satu sama lain .
Strategi yang berhasil selain diarahkan untuk memperluas cakupan penyempurnaan teknologi intensifikasi, juga yang memberi perhatian sama besar terhadap usaha untuk mengembangkan kemampuan, sikap mental, dan responsitas peternak sehingga semakin banyak pula peternak yang dapat dilibatkan dan melakukan proses perubahan. .
Pada saat menjelang perdagangan bebas muncul Instruksi Presiden (Inpres) No.4/1998 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional. Implikasi dari Inppres tersebut yakni tidak ada lagi proteksi terhadap susu lokal sehingga Industri Pengolahan Susu (IPS) bebas melakukan impor ataupun membeli susu dalam negeri berapa pun jumlahnya. Di sisi lain terjadi kekhawatiran peternak sapi perah lokal karena tidak ada lagi jaminan pasar untuk susu dalam negeri. Akibat lain, muncul persaingan ketat antar Koperasi Peternak Sapi Perah maupun KUD Unit Sapi Perah dalam menghasilkan susu berkualitas. Persaingan yang semakin ketat menjadikan para pengurus (terutama ketua) Koperasi/KUD Sapi Perah melakukan pembenahan baik dalam hal pelayanan maupun pembinaan terhadap anggotanya agar produksi susunya dapat terserap IPS. Untuk itu, pengurus koperasi berupaya mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku anggotanya agar berusaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama. Hal tersebut merupakan tugas pengurus dalam melembagakan tata nilai koperasi terutama peningkatan partisipasi peternak yang dilakukan melalui proses sosialisasi, pelaksanaan tata nilai koperasi dan pelaksanaan sanksi.

JURNAL EKONOMI KOPERASI 2 (5)



 Review

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOPERASI DAN USAH KECIL MENENGAH DI SULAWESI SELATAN

Oleh
Asdar Djamereng, SE.,MM. Dkk. *)


V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi sebagai berikut :
a.       Secara umum hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang selama ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UKM di tingkat Provinsi, Kota, serta tingkat Kabupaten memberikan dampak yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan khususnya yang tersebar di kota Makasar  dan Pare-pare serta Kabupaten Pangkep,Bulukumba, Sinjai, Bone, Palopo.
b.      Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dominan pernah di ikuti oleh pengurus maupun pengelola koperasi tersebut adalah ; pelatihan administrasi akuntansi dan pelaporan keuangan, sedangkan pelatihan lainnya meliputi ; Kewirausahaan. Manajemen Komputer,Manajemen Perbankan, serta penyusunan studi kelayakan  usaha. Kegiatan diklat tersebut dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi/Kota/Kabupaten serta Instansi/Lembaga yang terkait seperti Dekopinwil/Dekopinda,Disnaker, serta Balai Pendidikan dan latihan lainnya.
c.       Program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak Dinas Koperasi dan UKM serta instansi lainnya sudah cukup relevan, bahkan masih perlu diintensifkan, terutama dari segi jangka waktu pelatihan masih perlu ditambah karena rata-rata pesarta diklat masih belum menguasai sepenuhnya materi pelatihan tersebut, sehingga dari pengamatan dilapangan menunjukan bahwa terdapat beberapa koperasi yang tiak dapat melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dengan alasan masih kesulitan dalam penyusunan laporan keuangan.
d.      Kegiatan diklat yang diikuti oleh sejunlah pengurus maupun pengelola koperasi di Sulawesi Selatan secara umum memberikan dampak yang positif, hal ini dapat dilihat dari kinerja yang telah dicapai oleh masing-masing koperasi ternyata mengalami peningkatan setiap tahunnya, jika ditinjau dari segi jumlah asset dan jumlah anggota yang dimiliki
e.       Meskipun demikian masih terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh koperasi tersebut, seperti kurangnya akses informasi untuk memperoleh peluang, pola kemitraan yang masih rendah, dan keterbatasan modal kerja yang melakukan ekspansi, sehingga kemampuan untuk berkembang cukup lamban, disisi lain kebutuhan akan peningkatan kesejahteraan bagi karyawan sangat mendesak dan pada akhirnya beberapa karyawan koperasi yang sudah terlatih beralih ke koperasi lain yang menjanjikan penghasilan yang lebih baik, atau bahkan ada yang justru bekerja diperusahaan swasta.
f.       Pelaksanaan Otonomi Daerah (OTODA) ternyata ,membawa pengaruh cukup besar terhadap pembinaan koperasi yang selama ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan UKM , baik ditingkat kota maupun Kabupaten di Sulawesi Selatan, Hal ini diakibatkan karena terbatasnya anggaran pembinaan yang dialokasikan oleh pemerintah daerah, sehingga intensitas kegiatan pembinaan yang dilakukan akan mengalami hambatan dan akan berimplikasi pada menurunnya kinerja koperasi.
g.      Tingkat pendidikan masing-masing pengurus maupun pengelola koperasi diamati sudah cukup baik, karena yang mendominasi adalah sarjana sebesar 58% , program magister sebesar 6%, dan pendidikan menengah sebesar 36%. Hal ini menunjukan bahwa kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh koperasi tersebut sudah cukup memadai.

Rekomendasi
Sebagaimana simpulan yang dikemukakan pada hasil penelitian ini, maka diajukan bebrapa rekomendasi menjadi rujukan bagi pihak Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Selatan, utamanya dalam menyusun rancangan program pendidikan dan pelatihan koperasi agar kegiatan tersebut lebih relevan dengan kebutuhan pengurus dan pengelola koperasi, yaitu :
1.      Hasil pengamatan menunjukan bahwa pelatihan administrasi akuntansi dan pelaporan keuangan masih menjadi perioritas utama untuk dilaksanakan khususnya bagi koperasi yang bergerak simpan pinjam , baik yang bersifat sistem konvensional maupun sistem bagi hasil (syariah). Sedangkan bagi koperasi yang bergerak disektor rill selain pelatihan administrasi akuntansi juga diperlukan pelatihan kewirausahaan dan penyusunan studi kelayakan usaha
2.      Program pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan kedepan, sedapat mungkin tetap mempertimbangkan jangka waktu yang paling efisien dan efektif, karena beberapa diklat yang pernah dilaksanakan dirasakan sangat singkat waktunya sehingga materi yang disajikan tidak sepenuhnya dapat dikuasai.
3.      Dalam rangka peningkatan kinerja koperasi , maka diperlukan adanya pembinaan secara berkesinambungandari pihak Dinas Koperasi & UKM di tingkat Provinsi, Kota, maupun tingkat Kabupaten.