Jumat, 14 Desember 2012

JURNAL EKONOMI KOPERASI 3 (1)



Review
Hubungan Tingkat Partisipasi Peternak dengan Keberlanjutan Usaha
Anggota Koperasi

*) Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363, Sumedang

Oleh :
Lilis Nurlina

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bandung . Dan metode
yang digunakan adalah  survey verifikasi. Pengambilan sampel koperasi dilakukan secara
multistage cluster random sampling dan peternak responden secara simple random
sampling. sample terdiri dari  4 sample koperasi dan responden berjumlah 140 orang
peternak sapi perah anggota koperasi ditambah 15 orang informan kunci. Data dianalisis
dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
anggota Koperasi/KUD Sapi Perah sudah berperan dengan baik dalam partisipasinya
sebagai pelanggan, namun belum optimal dalam partisipasinya sebagai
pemilik .Anggota koperasi ini mampu mempertahankan
keberlanjutan usahanya. Tingkat partisipasi anggota berhubungan positif dengan
keberlanjutan usaha anggota Koperasi/KUD Sapi Perah. Keberlanjutan usaha anggota
menghadapi kendala dalam rendahnya sifat inovatif dari para anggota yang  belum optimalnya keadilan berusaha .
jika dilihat dari rasio harga susu dengan harga konsentrat terutama pada KUD Sapi Perah,
serta rendahnya skala pemilikan ternak (60 % berada pada skala kecil yang tidak efisien).
Kata Kunci : Partisipasi anggota, peternak sapi perah, koperasi, keberlanjutan usaha

I.                   PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era perdagangan bebas dan iklim usaha yang sangat kompetetif, para peternak perlu mempersiapkan diri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dari peternak tersebut . Sumber daya manusia khususnya masyarakat peternak menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan berternak sapi perah . Pengembangan sumber daya manusia akan tampak dari banyaknya manusia pembangun yang mempunyai kemampuan untuk mengendalikan masa depan yang mengandung implikasi.
Yang memiliki kemampuan,keadilan berusaha,keberdayaan/kekuasaan,ketahanaan atau kemandirian dan kesaling tergantungan satu sama lain .
Strategi yang berhasil selain diarahkan untuk memperluas cakupan penyempurnaan teknologi intensifikasi, juga yang memberi perhatian sama besar terhadap usaha untuk mengembangkan kemampuan, sikap mental, dan responsitas peternak sehingga semakin banyak pula peternak yang dapat dilibatkan dan melakukan proses perubahan. .
Pada saat menjelang perdagangan bebas muncul Instruksi Presiden (Inpres) No.4/1998 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional. Implikasi dari Inppres tersebut yakni tidak ada lagi proteksi terhadap susu lokal sehingga Industri Pengolahan Susu (IPS) bebas melakukan impor ataupun membeli susu dalam negeri berapa pun jumlahnya. Di sisi lain terjadi kekhawatiran peternak sapi perah lokal karena tidak ada lagi jaminan pasar untuk susu dalam negeri. Akibat lain, muncul persaingan ketat antar Koperasi Peternak Sapi Perah maupun KUD Unit Sapi Perah dalam menghasilkan susu berkualitas. Persaingan yang semakin ketat menjadikan para pengurus (terutama ketua) Koperasi/KUD Sapi Perah melakukan pembenahan baik dalam hal pelayanan maupun pembinaan terhadap anggotanya agar produksi susunya dapat terserap IPS. Untuk itu, pengurus koperasi berupaya mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku anggotanya agar berusaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan bersama. Hal tersebut merupakan tugas pengurus dalam melembagakan tata nilai koperasi terutama peningkatan partisipasi peternak yang dilakukan melalui proses sosialisasi, pelaksanaan tata nilai koperasi dan pelaksanaan sanksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar