Tugas Softskill Bahasa
Indonesia
Nama : Dika Aryani
NPM : 22211075
Kelas : 3EB10
TIMNAS
U-19 (HARAPAN MASYARAKAT INDONESIA)
Ada eforia yang kini menghinggapi sepakbola Indonesia.
Ketika “kakak-kakaknya” gagal memperlihatkan prestasi yang baik bagi Indonesia,
tim nasional (timnas) U-19 asuhan Indra Syafri seolah menyiramkan air dingin di
padang pasir.
Keberhasilan meraih juara Piala AFF U-19 di Sidoarjo adalah torehan gelar resmi sepakbola Indonesia setelah 22 tahun.
Indonesia terakhir meraih gelar juara di iven resmi ketika meraih medali emas SEA Games Filipina tahun 1991. Ketika itu, tim asuhan Anatoly Polosin itu mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Keberhasilan meraih juara Piala AFF U-19 di Sidoarjo adalah torehan gelar resmi sepakbola Indonesia setelah 22 tahun.
Indonesia terakhir meraih gelar juara di iven resmi ketika meraih medali emas SEA Games Filipina tahun 1991. Ketika itu, tim asuhan Anatoly Polosin itu mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Kini, Evan Dimas dan rekan-rekannya bertarung di Grup
H Pra Piala AFC U-19. Harapan masyarakat Indonesia sangat tinggi untuk ajang
ini, yakni lolos ke putaran final yang akan dimainkan di Myanmar 2014.
Rinciannya, Indonesia pernah dua kali finish di posisi
runner-up di tahun 1967 dan 1970. Selain itu, Indonesia tercatat menempati
peringkat tiga tahun 1962 dan mencapai semifinal di tahun 1960 dan 1964.
Catatan ini sangat mentereng untuk ukuran prestasi sepakbola kita sekarang yang lebih sering ramai di kongres dan olahraga beladiri di lapangan.
Dan, semestinya, PSSI sebagai induk organisasi, juga kita yang pasti berharap banyak, harus tetap memberi apresiasi tinggi, meskipun nanti kalah lawan Korsel.
Sebab, meski Indra Syafri yakin timnya bisa mengalahkan Korsel –keyakinan seperti ini memang perlu ditanamkan— tetapi harus tetap melihat realitas.
Di luar itu, permainan menawan di setiap pertandingan yang perlihatkan anak-anak U-19 ini harus menjadi penyemangat bagi tim U-23 yang akan bertarung di SEA Games Myanmar, dan tim senior yang bertarung melawan Cina di Pra Piala Asia 2014.
Kita semua berharap, kesuksesan di AFF 2013 akan terus menular ke kualifikasi AFC 2014, dan kemudian menular ke iven-iven lain ke depannya.
Catatan ini sangat mentereng untuk ukuran prestasi sepakbola kita sekarang yang lebih sering ramai di kongres dan olahraga beladiri di lapangan.
Dan, semestinya, PSSI sebagai induk organisasi, juga kita yang pasti berharap banyak, harus tetap memberi apresiasi tinggi, meskipun nanti kalah lawan Korsel.
Sebab, meski Indra Syafri yakin timnya bisa mengalahkan Korsel –keyakinan seperti ini memang perlu ditanamkan— tetapi harus tetap melihat realitas.
Di luar itu, permainan menawan di setiap pertandingan yang perlihatkan anak-anak U-19 ini harus menjadi penyemangat bagi tim U-23 yang akan bertarung di SEA Games Myanmar, dan tim senior yang bertarung melawan Cina di Pra Piala Asia 2014.
Kita semua berharap, kesuksesan di AFF 2013 akan terus menular ke kualifikasi AFC 2014, dan kemudian menular ke iven-iven lain ke depannya.
Timnas U-19 ini harus diakui memang sangat
menjanjikan. Kalangan pengamat maupun masyarakat awam bersepakat bahwa tim ini
bisa bermain, baik secara fisik maupun taktik. Pelatih Indra Sjafri, yang
dikenal gemar blusukan ke pelosok-pelosok untuk mencari pemain-pemain muda
berbakat, layak diberi credit
point dalam hal ini.
Yang paling kentara adalah, euforia yang seketika terbentuk setelah tim ini menjuarai Piala AFF bulan lalu, mencerminkan betapa masyarakat kita haus dan dahaga pada prestasi. Kemenangan dan menjadi juara sudah lama menjadi mimpi besar bangsa ini di dunia sepakbola, setelah terakhir kali meraihnya 22 tahun silam. So so long ago.
Harus diakui, kecintaan masyarakat Indonesia pada timnasnya sungguh luar biasa, dan sering kali bikin geleng-geleng kepala. Pada sebagian orang, harapan untuk melihat timnas jadi juara tak pernah padam, betapapun berkali-kali itu pula mereka mesti kecewa. Maka timnas U-19 ini seperti oasis di gurun pasir, laksana matahari jam setengah enam pagi, yang datang untuk menyirnakan kegelapan malam.
Yang paling kentara adalah, euforia yang seketika terbentuk setelah tim ini menjuarai Piala AFF bulan lalu, mencerminkan betapa masyarakat kita haus dan dahaga pada prestasi. Kemenangan dan menjadi juara sudah lama menjadi mimpi besar bangsa ini di dunia sepakbola, setelah terakhir kali meraihnya 22 tahun silam. So so long ago.
Harus diakui, kecintaan masyarakat Indonesia pada timnasnya sungguh luar biasa, dan sering kali bikin geleng-geleng kepala. Pada sebagian orang, harapan untuk melihat timnas jadi juara tak pernah padam, betapapun berkali-kali itu pula mereka mesti kecewa. Maka timnas U-19 ini seperti oasis di gurun pasir, laksana matahari jam setengah enam pagi, yang datang untuk menyirnakan kegelapan malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar