Review
Hubungan
Tingkat Partisipasi Peternak dengan Keberlanjutan Usaha
Anggota
Koperasi
*)
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363, Sumedang
Oleh:
Lilis
Nurlina
II. Hasil dan
Pembahasan
1. Keadaan Umum
Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan
di wilayah kerja Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) Pangalengan, Koperasi
Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, KUD
Cipta Sari Ciparay dan KUD Sarwa
Mukti Cisarua. Di antara keempat Koperasi Sapi
Perah, KPBS memiliki wilayah
kerja terluas, meliputi 21 desa dari 3 kecamatan
(Pangalengan, Kertasari dan
Pacet), sementara KPSBU wilayah kerjanya meliputi 16
desa yang terkonsentrasi di
Kecamatan Lembang. KUD Cipta Sari wilayah kerjanya
meliputi 18 desa, yakni 13 desa
di Kecamatan Ciparay dan 5 desa di Kecamatan Arjasari,
namun peternak sapi perah
anggotanya berada di 3 desa, yaitu Desa Patrolsari, Desa
Arjasari dan Desa Pinggirsari.
KUD Sarwa Mukti wilayah kerjanya meliputi 8 desa di
Kecamatan Cisarua dan 7 desa di
Kecamatan Parongpong.
Keempat koperasi sampel memiliki
temperatur harian antara 12-28º C yang cocok
untuk pengembangan usaha ternak
sapi perah. Dilihat dari potensi ketersediaan hijauan,
wilayah selatan (KPBS dan KUD
Cipta Sari) relatif lebih tersedia dibanding wilayah
utara (KPSBU dan KUD Sarwa
Mukti). Hal ini disebabkan karena wilayah utara
mengalami alih fungsi lahan
pertanian yang cukup tinggi. Hal ini berpengaruh pada
tingkat keberlangsungan usaha
peternak sapi perah anggota koperasi terutama pada saat
musim kemarau. Dengan demikian,
partisipasi anggota dalam memanfaatkan teknologi
pengawetan rumput/hijauan sangat
diharapkan .
2. Tingkat
Partisipasi Anggota
Partisipasi
dalam organisasi ditandai oleh hubungan identitas yang dapat
diwujudkan jika pelayanan yang
diberikan oleh koperasi sesuai dengan kepentingan
dan kebutuhan anggota. Hal ini
berarti bahwa jika kebutuhan anggotanya berubah maka
pelayanan pun harus terus menerus
disesuaikan. Untuk mewujudkan penyesuaian yang
berkelanjutan dari pelayanan
koperasi terhadap kebutuhan anggota, maka pengurus dan
manajer koperasi harus memiliki
kemampuan dan motivasi untuk mempengaruhi dan
mengendalikan manajemen (Ropke,
2003).
Karakteritik koperasi yang
membedakannya dengan organisasi ekonomi lain
adalah prinsip identitas ganda,
yang mendudukkan anggota sebagai pemilik sekaligus
sebagai pelanggan. Dalam
kedudukan sebagai pemilik, para anggota memberikan
kontribusinya terhadap
pembentukan dan pertumbuhan koperasinya dalam bentuk
kontribusi keuangan (penyertaan
modal, pembentukan cadangan, simpanan) dan melalui
usaha-usaha pribadinya dengan
mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan
keputusan dan dalam pengawasan
terhadap kehidupan koperasinya
.
3. Keberlanjutan
Usaha Anggota
Organisasi yang
bergerak dalam bidang agribisnis dan berperan sebagai motor
penggerak pembangunan pertanian,
membutuhkan sistem dan usaha yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan,
berkeadilan, serta terdesentralisasi (Slamet, 2003).
Demikian pula dengan koperasi
sapi perah yang berorientasi pada kepentingan anggota
dan dihadapkan pada persaingan
yang ketat dalam segi kualitas untuk merebut pasar IPS
Atas dasar pemikiran tersebut,
pemberdayaan kepada peternak perlu mendasarkan pada
bagaimana peternak anggota
koperasi dapat berinovasi, bekerja sama, berintegrasi, dan
berprestasi di dalam wadah
kelompok dan koperasi, sehingga pada akhirnya memiliki
kompetensi baik secara teknis,
ekonomis, maupun sosial, yang pada gilirannya dapat
mempertahankan keberlanjutan
usaha anggota koperasi, sesuai konsep Chambers dan
Conway (1992).
4. Hubungan
Tingkat Partisipasi Anggota dengan Keberlanjutan Usaha Anggota
Koperasi
Berdasarkan
analisis korelasi rank Spearman, menunjukkan bahwa nilai korelasi
antara tingkat partisipasi
anggota dengan keberlanjutan anggota koperasi sebesar rs =
0,489 dan signifikan pada α =
0,01 dan jika diinterpretasikan ke dalam aturan Guilford
(Rachmat, 1998), maka termasuk
kategori hubungan dua variabel yang cukup berarti. Hal
berarti bahwa semakin tinggi
tinggi tingkat partisipasi peternak (anggota) maka semakin
tinggi pula tingkat keberlanjutan
usaha anggota koperasi tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Ropke (1992) dikutip Salim (2004), bahwa
melalui dual identity ini
maka keungulan dan kelemahan koperasi akan dapat diketahui
dan dianalisis serta dikembangkan
lebih lanjut. Selanjutnya dinyatakan bahwa anggota
dapat memperoleh manfaat dari
efisiensi yang diciptakan koperasi, yaitu melalui tindakan
bersama (joint venture),
penghimpun kekuatan dana, keterampilan, dan yang menghasilan
sinergi atau skala ekonomis.
Dalam hal ini, koperasi merupakan
lembaga yang dirancang untuk memberikan
pelayanan bagi anggotanya
sekaligus sebagai pemiliknya, sehingga struktur atau bangun
koperasi dirancang untuk
menciptakan keunggulan kompetitif di dalam memenuhi
kebutuhan anggota (Wirasasmita,
2002 dikutip, Salim, 2004). Tugas pokok atau tujuan
utama koperasi adalah
mempromosikan ekonomi anggotanya melalui pemberian
pelayanan barang dan jasa yang
menguntungkan.
Tujuan akhir dari organisasi
koperasi dan penyuluhan pertanian adalah tercapainya
kesejahteraan petani (peternak)
dan masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
kedua organisasi itu perlu
menerapkan pendekatan pemberdayaan kepada anggotanya
(masyarakat tani ternak) dengan
cara membantu petani peternak agar mampu
mengembangkan diri atas dasar
inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris,
yang pendekatan metodenya
berorientasi pada kebutuhan mereka dan hal-hal yang
bersifat praktis, baik dalam
bentuk layanan individu maupun kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar